Mataram – Yayasan Bale Agung Ajar
Wali kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya tradisi
Nusantara melalui kegiatan Diseminasi Hasil Terjemahan Naskah Lontar Sasak di
Taman Budaya Mataram. Acara ini memaparkan hasil penelitian naskah “Putri
Mandalika”, sebuah karya sastra kuno Sasak yang kini dituangkan dalam bentuk
buku kajian lontar. Melalui kegiatan ini, yayasan berharap dapat menggugah
minat generasi muda untuk menggali, memahami, dan melestarikan nilai-nilai
luhur warisan leluhur yang tertuang dalam naskah lontar.
Sunardy Kasim, Ketua Yayasan Bale
Agung Ajar Wali, menjelaskan bahwa tujuan diseminasi ini bukan hanya sekadar
mengenalkan isi naskah, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang beragam cerita rakyat dan sejarah yang tertuang dalam lontar. “Banyak
dari kita mungkin tidak tahu bahwa naskah-naskah lontar yang ada menyimpan
kekayaan nilai-nilai budaya, etika, dan cerita rakyat yang relevan hingga saat
ini. Kami ingin para generasi muda bukan sekadar tahu, tetapi juga ikut ambil
bagian dalam upaya pelestarian ini. Melalui acara ini, kami mengajak mereka
untuk tidak hanya membaca, tapi juga mendalami dan memahami hikmah yang ada
dalam naskah lontar,” ujar Sunardy.
Naskah “Putri Mandalika” yang
dikaji kali ini merupakan bagian dari kisah tradisional Lombok, yang menyoroti
karakter Putri Mandalika sebagai simbol kecantikan, keberanian, dan
pengorbanan. Yayasan berharap dengan mempublikasikan kisah ini, generasi muda
tidak hanya terinspirasi dari cerita kepahlawanan dan moral yang terkandung di
dalamnya tetapi juga terdorong untuk lebih mengenal budaya lokal.
Lebih lanjut, Sunardy menjelaskan
bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program utama dari Bale Agung Ajar Wali
yang didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melalui
Dana Indonesiana, sebuah program dana abadi kebudayaan yang sudah berjalan selama
dua tahun. “Kami berterima kasih atas kepercayaan dan dukungan pemerintah pusat
kepada kami untuk melestarikan budaya tradisi. Program Dana Indonesiana sangat
membantu dalam memastikan kegiatan pelestarian budaya tetap berjalan dengan
baik, bahkan di tengah berbagai tantangan yang ada,” jelas Sunardy.
Tidak hanya sekadar acara
seremonial, Diseminasi Hasil Terjemahan Naskah Lontar Sasak ini juga menyajikan
diskusi dan pemaparan mendalam yang melibatkan para ahli budaya dan peneliti
lontar. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, guru,
hingga pemerhati budaya. Diharapkan, mereka yang hadir dapat menjadi agen
perubahan dalam melestarikan budaya lokal di lingkungan masing-masing.
Selain memaparkan isi naskah,
kegiatan ini juga mengajak peserta untuk melihat langsung bilah-bilah lontar
kuno sebagai upaya mendekatkan masyarakat, khususnya generasi muda, dengan
kekayaan warisan budaya Sasak. Sunardy menambahkan, “Ketika mereka melihat
lontar itu sendiri, mereka bisa merasakan secara langsung bukti sejarah dan
nilai yang terkandung di dalamnya. Kami ingin menciptakan pengalaman yang
membekas bagi para peserta sehingga mereka semakin terpacu untuk mencintai dan
melestarikan budaya Nusantara.”
Yayasan Bale Agung Ajar Wali
berharap, diseminasi ini dapat menjadi gerakan awal yang menginspirasi generasi
muda untuk terus melestarikan warisan leluhur. Melalui program-program yang
lebih berkelanjutan, Bale Agung Ajar Wali akan terus berupaya menghadirkan
berbagai kegiatan yang memungkinkan generasi muda terlibat langsung dalam upaya
pelestarian budaya, mulai dari pelatihan, seminar, hingga kegiatan literasi
budaya lainnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!